
Aktivitas pertambangan PT Freeport McMoran Indonesia (Freeport)
di Papua yang dimulai sejak tahun 1967 hingga saat ini telah
berlangsung selama 42 tahun. Selama ini, kegiatan bisnis dan ekonomi
Freeport di Papua, telah mencetak keuntungan finansial yang sangat
besar bagi perusahaan asing tersebut, namun belum memberikan manfaat
optimal bagi negara, Papua, dan masyarakat lokal di sekitar wilayah
pertambangan.
Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Para petinggi Freeport terus mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Kondisi wilayah Timika bagai api dalam sekam, tidak ada kondisi stabil yang menjamin masa depan penduduk Papua.
Suatu berita mengejutkan soal PT Freeport Indonesia (FI). Kabarnya perusahaan tambang raksasa itu, dilaporkan secara diam-diam memproduksi serta mengekspor zat kimia mematikan dan paling dicari dunia barat, yakni uranium yang merupakan bahan dasar reaktor nuklir dan senjata nuklir dalam kurun waktu delapan bulan terakir ini.
Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Para petinggi Freeport terus mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Kondisi wilayah Timika bagai api dalam sekam, tidak ada kondisi stabil yang menjamin masa depan penduduk Papua.
Suatu berita mengejutkan soal PT Freeport Indonesia (FI). Kabarnya perusahaan tambang raksasa itu, dilaporkan secara diam-diam memproduksi serta mengekspor zat kimia mematikan dan paling dicari dunia barat, yakni uranium yang merupakan bahan dasar reaktor nuklir dan senjata nuklir dalam kurun waktu delapan bulan terakir ini.
Tindakan
PT. Freeport Indonesia (FI) yang telah melenceng jauh dari kontrak
karyanya ini, bukan merupakan hal yang baru, pasalnya perusahaan
raksasa ini hanya diketahui menambang tembaga, sedangkan emas, batu
bara dan bahan tambang non migas lainnya baru diketahui publik pada
tahun 1990-an.
Nah
kali ini, yang sudah beroperasi di Papua sejak tahun 1964 ini kembali
mengulang sejarah dengan melakukan penambangan Uranium tanpa
sepengetahuan Pemerintah, dan publik Papua. Hal ini membuat DPRP naik
pitam, pasalnya dari hasil tambang yang dikeruk perusahaan raksasa
dunia itu, pemerintah dan rakyat Papua hanya kebagian Rp30 miliar.
“Ini
namanya pencuri, PT Freeport sudah lakukan pencurian, karena diam-diam
memproduksi Uranium yang tidak ada dalam kontrak kerja,” tegas Ketua Fraksi Pikiran Rakyat DPR Papua, Yan Mandenas diruang kerjanya, selasa (13/7) kemarin.
Ketua
umum DPD Hanura Papua ini mengatakan, aktifitas penambangan Uranium
yang dilakukan PT FI ini sudah berlangsung selama delapan bulan, dan
dari informasi yang berhasil diperoleh DPRP, aktifitas penambangan
Uranium ini dilakukan sembunyi-sembunyi.
“Informasi
soal penambangan ini terus kami ikuti, kami punya banyak informan ada
dari dalam PT FI sendiri, Pemerintah Kabupaten, LSM dan masyarakat,”
ungkap Mandenas.
Menyinggung,
tindakan DPRP terhadap penambangan liar tersebut, Yan mengatakan,
walaupun PT FI berada di wilayah pemerintah Provinsi Papua, namun
Pemerintah Provinsi dan DPRP tidak bisa mengambil tindakan yang legal
terhadap perusahaan raksasa tersebut.
“Kalau
untuk PT Freeport ini birokrasinya terlalu panjang dan berbelit-belit,
kami susah masuk ke sana, kan semua mineral tambang itu dikirim lewat
pipa-pipa, siapa yang tahu, tidak adakan, apalagi akses kesana tidak
gampang,” ujarnya.
Namun,
sambung Yan, DPRP tidak hilang akal, tinjauan ke lokasi penambangan
akan tetap dilakukan sambil menunggu pengurusan birokrasi untuk
meninjau lokasi penambangan perusahan tersebut.
Sekedar
diketahui, perang antara Iran dan Amerika yang melibatkan badan
keamanan dunia karena persoalan pengayaan uranium yang dimiliki Iran.
Amerika ingin menguasai teknologi pengayaan uranium. Pengayaan Uranium
dibutuhkan untuk Negara yang banyak mempunyai PLTN, sehingga pasokan
bahan baku PLTN tidak tergantung Negara lain.
Jadi
ada dua fungsi pengayaan uranium tujuan damai untuk bahan bakar PLTN
dan tujuan pembuatan Bom Nuklir, bisa dianalisa dengan sederhana kemana
hasil uranium PT FI di bawa.
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membantah PT. Freeport Indonesia
melakukan penambangan biji uranium di areal penambangan di pegunungan
Grasberg, Papua seperti dituduhkan oleh anggota DPRD propinsi tersebut.
"Menurut saya (tuduhan) itu tidak benar, karena batuan yang ada di lokasi tambang Freeport bukan pembawa uranium," ujar Dirjen Mineral dan Batu Bara, Departemen Energi saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Kamis, 15 Juli 2010.
Dia mengingatkan sudah banyak sekali dilakukan penelitian di areal penambangan yang berlokasi di Kabupaten Mimika, Papua tersebut. "Kalau ada uranium, tentunya sudah diketahui sejak dahulu. Masalah teknis seperti ini gampang sekali dilacak kebenarannya."
Namun, Bambang menekankan agar tuduhan tersebut dikonformasikan kembali kepada yang menyebarkan isu tersebut.
"Menurut saya (tuduhan) itu tidak benar, karena batuan yang ada di lokasi tambang Freeport bukan pembawa uranium," ujar Dirjen Mineral dan Batu Bara, Departemen Energi saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Kamis, 15 Juli 2010.
Dia mengingatkan sudah banyak sekali dilakukan penelitian di areal penambangan yang berlokasi di Kabupaten Mimika, Papua tersebut. "Kalau ada uranium, tentunya sudah diketahui sejak dahulu. Masalah teknis seperti ini gampang sekali dilacak kebenarannya."
Namun, Bambang menekankan agar tuduhan tersebut dikonformasikan kembali kepada yang menyebarkan isu tersebut.
Komisi
VII Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi Energi dan Sumber Daya
Mineral berencana meminta klarifikasi PT Freeport Indonesia soal
tuduhan menambang uranium. Pemanggilan dilakukan jika perusahaan
pertambangan asal Amerika Serikat tersebut benar-benar dilaporkan
melakukan penambangan uranium secara ilegal di Papua.
PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc..
Perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan
merupakan perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang
Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat
di Papua, masing-masing tambang Erstberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Freeport berkembang
menjadi perusahaan dengan penghasilan 2,3 miliar dolar AS. Menurut
Freeport, keberadaannya memberikan manfaat langsung dan tidak langsung
kepada Indonesia sebesar 33 miliar dolar dari tahun 1992–2004. Angka
ini hampir sama dengan 2 persen PDB Indonesia. Dengan harga emas
mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per
ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar
dolar.
Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas Freeport sebagai yang terbesar di dunia.
Bahan tambang yang dihasilkan adalah : Tembaga, Emas, Silver, Molybdenum dan Rhenium.
Namun selama ini hasil bahan yang di tambang tidak lah jelas karena
hasil tambang tersebut di kapal kan ke luar Indonesia untuk di murnikan
sedangkan molybdenum dan rhenium adalah merupakan sebuah hasil samping
dari pemrosesan bijih tembaga.
Sumber : Fatamorgana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar